Pada
22 Oktober 1945 atau 67 tahun yang lalu lahirlah sebuah fatwa jihad atau yang
disebut resolusi jihad NU. Dilatarbelakangi kekahawatiran mendaratnya tentara
Inggris yang diboncengi oleh Belanda. Sebuah fatwa yang melatarbelakangi
terjadinya perlawanan rakyat terhadap penjajah di seluruh penjuru Indonesia. Bahkan
perang besar 10 November 1945 di Surabaya jadi nampak langsung resolusi jihad
NU. Fatwa yang memompa semangat juang rakyat untuk melawan tentara sekutu yang
bertujuan menguasai kembali bumi Indonesia.
Resolusi jihad dirumuskan oleh
ratusan kyai-kyai NU se-Jawa dan Madura dari hasil diskusi sehari semalam yang
dipimpin langsung oleh Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asyari dan KH. Wahab
Hasbullah. Resolusi jihad ini berisi 3 hal yang sangat penting bagi eksistensi
kemerdekaan Indonesia, proses kebangsaan keseluruhan dan membangun jiwa
nasionalisme. Isi resolusi jihad diantaranya setiap muslim wajib memerangi
orang kafir yang merintangi kemerdekaan Indonesia, pejuang yang mati dalam
medan perang kemerdekaan disebut syuhada, dan warga Negara Indonesia yang
memihak penjajah dianggap sebagai pemecah belah persatuan dan harus dihukum
mati.
Resolusi jihad NU kemudian
disebarluaskan keseluruh penjuru Indonesia melalui beberapa media massa,
jaringan pesantren dan lascar-laskar Islam dan mampu menjadi paying teologis
dan fikih untuk bersama-sama melawan penjajah. Menurut sejarawan Sartono
Kartodrjo, “ pemikiran dan gerakan sosial kiai di berbagai pelosok Indonesia
selalu mendorong tumbuhnya gerakan jihad yang bersumber pada semangat
nasionalisme dan heroism”. Hal ini dibuktikan dengan adanya peristiwa heroic 10
November 1945 di Surabaya. Mendengar mendaratnya tentara Inggris di Surabaya
ribuan santri dan kyai dari seluruh Jawa Timur bergerak menuju Surabaya.
Resolusi jihad NU mampu membakar semangat juang santri, arek suroboyo untuk
melakukan perlawanan tanpa henti-hentinya. Pertempuran selama 3 minggu telah
menewaskan 60.000 jiwa dari Indonesia (arek Surabaya, mujahidin, lascar, dan
TKR) dan 1.500 serdadu terlatih Inggris dan 2 jenderal terbaik Inggris yakni
Jenderal Mallaby dan Jenderal Robert Manserg. Bahkan resolusi jihad NU
berdampak pada membelotnya sebagian tentara sekutu yang didalamnya adalah
pasukan dari India dan Pakistan setelah mereka tahu yang mereka lawan adalah
ulama Islam.
Ulama selalu menjadi yang terdepan
dalam pembelaan terhadap eksistensi kemerdekaan Indonesia, dalam pertempuran 10
November 1945 barisan terdepan diantaranya KH. Zainul Arifin (LAskar
Hisbullah), KH. Masykur (Laskar Sabilillah), KH. Wahab Hasbullah (Barisan
Mujahidin), PETA yang separuh batalionnya dipimpin oleh kyai NU, serta TKR. Bahkan
pidato Bung Tomo merupakan dampak dari resolusi jihad NU, sebelum berpidato
Bung Tomo sowan kepada KH. Hasyim Asyari (Rais Akbar NU) untuk meminta ijin
menyiarkan resolusi jihad NU melalui radio dengan mengucap Allahu Akbar pidato
Bung Tomo mampu membakar semangat pejuang untuk melawan tentara sekutu.
Uraian diatas merupakan fakta
sejarah perjuangan santri dan ulama yang kurang mendapatkan tempat dalam
sejarah resmi Indonesia. Tidak banyah yang tahu bahwasannya dibalik peristiwa
10 November di Surabaya dan perang-perang di daerha lain terjadi karena
Resolusi jihad NU. Benar kiranya apabila almarhum KH. Ali Ma’shum pernah
berkata bahwa ulama NU telah menanamkan saham yang sangat besar terhadap
berdirinya republic dan dan upaya-upaya menjaga eksistensinya.
Mahatir Muhammad
Pemuda NU dan Ketua Eksternal PMII Blitar
Radar
Blitar Edisi Selasa, 23 Oktober 2012
0 komentar:
Posting Komentar
jangan lupa diisi coy...!!!